
Bisakah Kita Mewujudkan PDAM di Perdesaan?
Akankah kita mampu memenuhi target di sektor air minum? Apa saja peran masyarakat untuk membantu pemerintah dalam penyediaan air minum (PAM)? Sektor air minum ialah hajat yang terus tumbuh, tak hanya di kota-kota tapi juga di desa desa.
Masalahnya, sedikit masyarakat yang paham cara memanfaatkan sumber airnya sehingga bergantung terus pada bantuan pemerintah. Padahal swadaya lebih potensial dalam pengelolaan air dan hanya perlu sedikit urusan dengan dinas dinas, khususnya yang terkait dengan mata air (spring).Faktanya, ada banyak sumber mata air tetapi lokasinya terpencil. Ada yang jauh, ada yang di bawah permukiman, adajuga yang tersebar di beberapa tempat sehingga kecil kecil debitnya.
Komponen Sistem
Masyarakat sebetulnya mampu mendapatkan air minum secara swadaya. Tanpa bantuan konsultan pun dan tanpa harus menunggu bantuan teknis dan finansial dari pemerintah, warga perdesaan mampu memperoleh air minum secara ekonomis dan memenuhi aspek hidrolika dengan perhitungan sistem dan biaya yang minimal. Tak perlulah pendidikan setara sarjana karena sebatas kalkulasi matematis yang sederhana dengan pola pemipaan yang juga sederhana, tak banyak loop seperti dalam sistem PAM di perkotaan.
Jamak diketahui, sistem penyediaan air minum (SPAM) dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu sumber, instalasi, transmisi dan distribusi. Dari sisi rekayasa PAM yang meliputi aspek sumber daya air, teknologi instalasi, pola pemipaan dan hidrolikanya tentu butuh banyak waktu untuk mendesainnya. Apalagi kalau luas cakupan layanannya dan besar kebutuhan airnya. Namun demikian, khusus PAM di perdesaan ini, yang dibutuhkan warga ialah hat hal praktis implementatif, dapat diterapkan oleh warga desa yang belum mengenal formula hidrolika. Dibawah ini dibahas ringkas komponennya.
Yang kesatu, sumber air. Bisa berupa mata air, bisa juga sungai atau danau. Yang ekonomis ialah mata air sebab kualitas fisika dan bakteriologinya sudah bagus. Secara kimia pun umumnya memenuhi syarat walau kadang kadang kadar besi, mangan, dan kesadahannya berlebih. Agar aman pagarilah sekelilingnya dan buatkan bak tangkap mata air (Belanda: broncaptering). Debitnya bergantung pada jenis akifernya (aquifer, pepundi air) dan dipengaruhi oleh posisi lapisan kedap (impervious layer) di dalam pepundinya, apakah berupa air tanah bebas (unconfined aquiftr) ataukah air tanah tak bebas (confined aquifer). Ini pun ditentukan oleh parasitas (perviousness) pepundi, bukan oleh porositas (porosity) pasir. Yang terbaik ialah mata air dari air tanah tak bebas atau artesis (artesian spring: istilah yang merujuk pada desa artois di Perancis).
Yang kedua, instalasi. Kalau memanfaatkan mata air, tak perlulah instalasi seperti yang dibuat PDAM, yaitu pengolahan lengkap (complete treatment) untuk air sungai. Namun tetap bisa menggunakan pengolahan praktis untuk air sungai Yang relative jernih, belum terkontaminasi pesti sida. Teknologi sederhana (appropriate technology) pengolahannya sudah ditulis di MAM ini dalam bentuk bermacam macam filter tepat guna. Sebagai upaya preventif, berilah kaporit di bak tampungnya sebelum digunakan untuk memasak, menyikat gigi, berkumur kumur, minum, dll.
Yang ketiga, transmisi. Antara lokasi mata air dan daerah permukiman pasti ada jaraknya, sependek apapun itu. Jarak ini harus ditempuh dengan memasang pipa penyalur air dari mata air ke bak tampung (reservoir) di dekat balai desa atau di lokasi tertentu yang tepat secara hidrolika. Pemipaan transmisi ini hendaklah dipasang di lokasi aman, di sisi jalan agar mudah dikontrol dan gampang diperbaiki. Kalau airnya berupa air baku, biasa disebut pipa transmisi air baku. Kalau yang dibawanya air bersih, yaitu air olahan, baik hanya diberi kaporit maupun diolah secara lengkap, biasa disebut pipa transmisi air bersih.
Berkaitan dengan transmisi ini, catatlah lokasi dan lebar sungainya agar dapat dihitung kebutuhan jembatan pipanya. Tapi usahakan hindari sungai agar tidak ada jembatan pipa sehingga biayanya murah. Letakkan pipa mengikuti alur atau profil tanah, hindari lokasi yang sulit dijangkau. Sediakanlah alat penguras (blow off) di lokasi dekat sungai atau selokan dan dipasang di tempat terendah untuk membuang lumpur (kalau ada) dan membuang air kalau ada kerusakan (darurat, emergency). Bergantung pada elevasinya, mungkin perlu dibuatkan bak pelepas tekanan (BPT) di tempat tertentu di sepanjang pipa transmisi.
Yang keempat, distribusi, yaitu daerah layanan (servis). Didesa biasnya terdiri atas rumah penduduk, balai desa, masjid, sekolah dasar dan puskesman. Mungkin ada juga industri kecil, pabrik tahu, tempe, kue dll.. Bisa juga dibuatkan bak tampung (reservoir distribusi) di tempat tertinggi di desa itu. Dipilih tempat tertinggi agar airnya bisa mengalir ke rumah penduduk yang terjauh dan masih memiliki tekanan sisa (residual head) minimal 5 meter kolom air. Bak tampung ini pun berfungsi mengumpulkan air saat tidak digunakan, misalnya pada malam hari dan memasok air tambahan ketika banyak yang menggunakannya pada pagi dan sore hari.
Tahap Kerja
Prinsipnya, semua pekerjaan seperti iuran, perencanaan, pekerjaan fisik, dan membeli barang dilaksanakan dengan gotong-royong. Warga desa yang tamat SMA, SMK, atau MA dapat berperan sebagai "konsultan" perencana untuk menghitung panjang pipa, diameter, aksesoris pipa, lokasi bak tampung, kran umum, sambungan rumah, dan kebutuhan konstruksinya. Pembagian air di antara warga desa wajib dimusyawarahkan untuk menihilkan dampak negatifnya seperti berebut air.
Berikut ini tahap kerjanya :
Tahap satu, pilihlah sumber airnya. Jika ada satu mata air, tentu tak perlu memilih. Kalau lebih dari satu, pertimbangkanlah debitnya. Pilih yang terbesar. Debit terbesar ialah debit minimum menjelang musim hujan dan harus lebih besar daripada kebutuhan air total warga desa. Perlu diketahui juga debit reratanya. Debitnya itu dapat dihitung dengan mudah. Sediakanlah ember yang sudah diketahui volumenya dan arloji atau stopwatch. Tampunglah air sambil diukur dengan stopwatch. Volume ember dibagi kebutuhan waktu untuk mengisinya sama dengan debit, dalam liter per detik.
Dari beberapa mata air itu, prioritas pertama ialah artesian spring, lalu gravity, spring, dan surface (atmospheric) spring. Pilihlah yang terdekat dengan desa agar murah biaya pipa dan galiannya dan mudah dipantau. Usahakan yang lebih tinggi elevasinya agar mampu mengalir ke tempat terjauh di desa. Tentang pernbuatan broncaptering, berhati hatilah agar tinggi muka airnya tidak bertambah karena dapat mengalihkan titik keluar airnya, pindah ke lain tempat. Kalau ini terjadi, rugilah pembuatan bak tampung mata airnya dan hanya menjadi monumen.
Tahap dua, hitunglah kebutuhan air seluruh warga untuk mengetahui besaran sistem, yaitu debit air yang mencukupi kebutuhan semua orang di desa itu. Lakukanlah survei sederhana berkaitan dengan jumlah kepala keluarga, jumlah orang per keluarga, kebutuhan air rerata untuk masak, mandi, cuci, kakus, kebun, dll, termasuk untuk fasilitas umum dan sosial. Pekerjaan ini memakan waktu. dan tenaga. Bisajuga minta data nomogram dan data sensus penduduk. Kalau ini pun sulit didapat, perkirakan saja kebutuhan airnya 50-60 liter per orang per hari (loh) untuk sambungan rumah. Angka ini sudah mencukupiuntukperdesaan.
Tahap tiga, tentukan jumlah pelanggan dan kran umum. Pelanggan rumah ialah yang menerima air langsung dirumahnya dan dipasangi meter air untuk mengetahui pemakaian airnya berbulan dan ini menentukan jumlah air yang wajib dibayarnya. bagaimana, air ini tetap haruis dibayar untuk biaya operasi seperti pembelian kaporit da perwatan (penggantian)pipa serta sumber air. Juga untuk honor petugas penjaga mata air dan jaringan pipanya. Warga hendaklah sadar bahwa iuran itu justru untuk memudahkan mereka dalam memperolehair,bisahidup lebih bersih dan sehat. Selain pelanggan rumah atau sambungan rumah, ada lagi yang berlangganan secara kolektif lewat kran umum. Mereka pun tetap harus iuran untuk operasi dan perawatan pipa tetapi lebih murah ketimbang pelanggan rumah. Tentu saja besar tarif airnya bisa dimusyawarahkan dengan masyarakat dan aparat desa. Terkait dengan kran umum ini, tempatkanlah di dekat sekelompok rumah. Satu kran umum bisa untuk 10 15 rumah. Angka ini pun bisa berubah sesuai dengan debit airnya, volume tangki yang dibuat dan kebijakan yang diambil warga, khususnya "konsultan" air. Adapun reservoirnya dibuat di lokasi tertinggi di desa itu atau dalam bentuk tangki tinggi (elevatedtank).
Tahap empat, peletakan pipa. Pasanglah pipa di tepi jalan utama agar mudah dipantau dan cepat diketahui jika ada yang pecah. Catat dan tandai jalan, sungai, jembatan, selokan, sawah, kanal, dll pada peta desa. Buatlah lajur pipa yang terpendek agar lebih murah dan pilihlah jenis pipanya. Pilih pipa yang relatif murah tetapi kuat, yaitu yang mampu menahan tekanan kerja air minimal 10 bar atau 10 atmosfer alias 100 meter kolom air. Bahannya bisa PVC, baja, besi tuang, dll. Di desa umumnya digunakan pipa PVC kecuali kasus tertentu yang terkait dengan kondisi lapangan yang berbatu, tanahnya labil, melewati sungai lebar, kanal, dll.
Tahap lima, operasi rawat. Tahap akhir ini jauh lebih berat keimbang pengerahan dana dan daya masyarakat. banyak PAM di pedesaan yangn akhirnya menjadi pipa tanpa air dan tak terawat lantaran masyarakat tidak bisa merasa ikut memilikinya. Tak ada sense of belogging. Oleh sebab itu, PAM dipedesaan sebetulnya bisa langgeng beroperasi kalau dirawat oleh warga desa dan semuanya bertanggung jawab. Apalagi kalau berasal dari kerja keras dan keringat semua warga desa. Disinilah pentingnya mengajak semua warga desa sejak awal ide, perencanaan, pembelian pipa, konstruksi dan operasi rawatnya.
Demkianlah dan selamat mencoba menyalurkan air dari kaki gunung atau dari mana saja kedesa masing-masing. Jadilah partisipan dalam mebangun sektor keairan. Khususnya air minum demi kesehatan kita.
by : edi_tretep@yahoo.co.id
Akankah kita mampu memenuhi target di sektor air minum? Apa saja peran masyarakat untuk membantu pemerintah dalam penyediaan air minum (PAM)? Sektor air minum ialah hajat yang terus tumbuh, tak hanya di kota-kota tapi juga di desa desa.
Masalahnya, sedikit masyarakat yang paham cara memanfaatkan sumber airnya sehingga bergantung terus pada bantuan pemerintah. Padahal swadaya lebih potensial dalam pengelolaan air dan hanya perlu sedikit urusan dengan dinas dinas, khususnya yang terkait dengan mata air (spring).Faktanya, ada banyak sumber mata air tetapi lokasinya terpencil. Ada yang jauh, ada yang di bawah permukiman, adajuga yang tersebar di beberapa tempat sehingga kecil kecil debitnya.
Komponen Sistem
Masyarakat sebetulnya mampu mendapatkan air minum secara swadaya. Tanpa bantuan konsultan pun dan tanpa harus menunggu bantuan teknis dan finansial dari pemerintah, warga perdesaan mampu memperoleh air minum secara ekonomis dan memenuhi aspek hidrolika dengan perhitungan sistem dan biaya yang minimal. Tak perlulah pendidikan setara sarjana karena sebatas kalkulasi matematis yang sederhana dengan pola pemipaan yang juga sederhana, tak banyak loop seperti dalam sistem PAM di perkotaan.
Jamak diketahui, sistem penyediaan air minum (SPAM) dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu sumber, instalasi, transmisi dan distribusi. Dari sisi rekayasa PAM yang meliputi aspek sumber daya air, teknologi instalasi, pola pemipaan dan hidrolikanya tentu butuh banyak waktu untuk mendesainnya. Apalagi kalau luas cakupan layanannya dan besar kebutuhan airnya. Namun demikian, khusus PAM di perdesaan ini, yang dibutuhkan warga ialah hat hal praktis implementatif, dapat diterapkan oleh warga desa yang belum mengenal formula hidrolika. Dibawah ini dibahas ringkas komponennya.
Yang kesatu, sumber air. Bisa berupa mata air, bisa juga sungai atau danau. Yang ekonomis ialah mata air sebab kualitas fisika dan bakteriologinya sudah bagus. Secara kimia pun umumnya memenuhi syarat walau kadang kadang kadar besi, mangan, dan kesadahannya berlebih. Agar aman pagarilah sekelilingnya dan buatkan bak tangkap mata air (Belanda: broncaptering). Debitnya bergantung pada jenis akifernya (aquifer, pepundi air) dan dipengaruhi oleh posisi lapisan kedap (impervious layer) di dalam pepundinya, apakah berupa air tanah bebas (unconfined aquiftr) ataukah air tanah tak bebas (confined aquifer). Ini pun ditentukan oleh parasitas (perviousness) pepundi, bukan oleh porositas (porosity) pasir. Yang terbaik ialah mata air dari air tanah tak bebas atau artesis (artesian spring: istilah yang merujuk pada desa artois di Perancis).
Yang kedua, instalasi. Kalau memanfaatkan mata air, tak perlulah instalasi seperti yang dibuat PDAM, yaitu pengolahan lengkap (complete treatment) untuk air sungai. Namun tetap bisa menggunakan pengolahan praktis untuk air sungai Yang relative jernih, belum terkontaminasi pesti sida. Teknologi sederhana (appropriate technology) pengolahannya sudah ditulis di MAM ini dalam bentuk bermacam macam filter tepat guna. Sebagai upaya preventif, berilah kaporit di bak tampungnya sebelum digunakan untuk memasak, menyikat gigi, berkumur kumur, minum, dll.
Yang ketiga, transmisi. Antara lokasi mata air dan daerah permukiman pasti ada jaraknya, sependek apapun itu. Jarak ini harus ditempuh dengan memasang pipa penyalur air dari mata air ke bak tampung (reservoir) di dekat balai desa atau di lokasi tertentu yang tepat secara hidrolika. Pemipaan transmisi ini hendaklah dipasang di lokasi aman, di sisi jalan agar mudah dikontrol dan gampang diperbaiki. Kalau airnya berupa air baku, biasa disebut pipa transmisi air baku. Kalau yang dibawanya air bersih, yaitu air olahan, baik hanya diberi kaporit maupun diolah secara lengkap, biasa disebut pipa transmisi air bersih.
Berkaitan dengan transmisi ini, catatlah lokasi dan lebar sungainya agar dapat dihitung kebutuhan jembatan pipanya. Tapi usahakan hindari sungai agar tidak ada jembatan pipa sehingga biayanya murah. Letakkan pipa mengikuti alur atau profil tanah, hindari lokasi yang sulit dijangkau. Sediakanlah alat penguras (blow off) di lokasi dekat sungai atau selokan dan dipasang di tempat terendah untuk membuang lumpur (kalau ada) dan membuang air kalau ada kerusakan (darurat, emergency). Bergantung pada elevasinya, mungkin perlu dibuatkan bak pelepas tekanan (BPT) di tempat tertentu di sepanjang pipa transmisi.
Yang keempat, distribusi, yaitu daerah layanan (servis). Didesa biasnya terdiri atas rumah penduduk, balai desa, masjid, sekolah dasar dan puskesman. Mungkin ada juga industri kecil, pabrik tahu, tempe, kue dll.. Bisa juga dibuatkan bak tampung (reservoir distribusi) di tempat tertinggi di desa itu. Dipilih tempat tertinggi agar airnya bisa mengalir ke rumah penduduk yang terjauh dan masih memiliki tekanan sisa (residual head) minimal 5 meter kolom air. Bak tampung ini pun berfungsi mengumpulkan air saat tidak digunakan, misalnya pada malam hari dan memasok air tambahan ketika banyak yang menggunakannya pada pagi dan sore hari.
Tahap Kerja
Prinsipnya, semua pekerjaan seperti iuran, perencanaan, pekerjaan fisik, dan membeli barang dilaksanakan dengan gotong-royong. Warga desa yang tamat SMA, SMK, atau MA dapat berperan sebagai "konsultan" perencana untuk menghitung panjang pipa, diameter, aksesoris pipa, lokasi bak tampung, kran umum, sambungan rumah, dan kebutuhan konstruksinya. Pembagian air di antara warga desa wajib dimusyawarahkan untuk menihilkan dampak negatifnya seperti berebut air.
Berikut ini tahap kerjanya :
Tahap satu, pilihlah sumber airnya. Jika ada satu mata air, tentu tak perlu memilih. Kalau lebih dari satu, pertimbangkanlah debitnya. Pilih yang terbesar. Debit terbesar ialah debit minimum menjelang musim hujan dan harus lebih besar daripada kebutuhan air total warga desa. Perlu diketahui juga debit reratanya. Debitnya itu dapat dihitung dengan mudah. Sediakanlah ember yang sudah diketahui volumenya dan arloji atau stopwatch. Tampunglah air sambil diukur dengan stopwatch. Volume ember dibagi kebutuhan waktu untuk mengisinya sama dengan debit, dalam liter per detik.
Dari beberapa mata air itu, prioritas pertama ialah artesian spring, lalu gravity, spring, dan surface (atmospheric) spring. Pilihlah yang terdekat dengan desa agar murah biaya pipa dan galiannya dan mudah dipantau. Usahakan yang lebih tinggi elevasinya agar mampu mengalir ke tempat terjauh di desa. Tentang pernbuatan broncaptering, berhati hatilah agar tinggi muka airnya tidak bertambah karena dapat mengalihkan titik keluar airnya, pindah ke lain tempat. Kalau ini terjadi, rugilah pembuatan bak tampung mata airnya dan hanya menjadi monumen.
Tahap dua, hitunglah kebutuhan air seluruh warga untuk mengetahui besaran sistem, yaitu debit air yang mencukupi kebutuhan semua orang di desa itu. Lakukanlah survei sederhana berkaitan dengan jumlah kepala keluarga, jumlah orang per keluarga, kebutuhan air rerata untuk masak, mandi, cuci, kakus, kebun, dll, termasuk untuk fasilitas umum dan sosial. Pekerjaan ini memakan waktu. dan tenaga. Bisajuga minta data nomogram dan data sensus penduduk. Kalau ini pun sulit didapat, perkirakan saja kebutuhan airnya 50-60 liter per orang per hari (loh) untuk sambungan rumah. Angka ini sudah mencukupiuntukperdesaan.
Tahap tiga, tentukan jumlah pelanggan dan kran umum. Pelanggan rumah ialah yang menerima air langsung dirumahnya dan dipasangi meter air untuk mengetahui pemakaian airnya berbulan dan ini menentukan jumlah air yang wajib dibayarnya. bagaimana, air ini tetap haruis dibayar untuk biaya operasi seperti pembelian kaporit da perwatan (penggantian)pipa serta sumber air. Juga untuk honor petugas penjaga mata air dan jaringan pipanya. Warga hendaklah sadar bahwa iuran itu justru untuk memudahkan mereka dalam memperolehair,bisahidup lebih bersih dan sehat. Selain pelanggan rumah atau sambungan rumah, ada lagi yang berlangganan secara kolektif lewat kran umum. Mereka pun tetap harus iuran untuk operasi dan perawatan pipa tetapi lebih murah ketimbang pelanggan rumah. Tentu saja besar tarif airnya bisa dimusyawarahkan dengan masyarakat dan aparat desa. Terkait dengan kran umum ini, tempatkanlah di dekat sekelompok rumah. Satu kran umum bisa untuk 10 15 rumah. Angka ini pun bisa berubah sesuai dengan debit airnya, volume tangki yang dibuat dan kebijakan yang diambil warga, khususnya "konsultan" air. Adapun reservoirnya dibuat di lokasi tertinggi di desa itu atau dalam bentuk tangki tinggi (elevatedtank).
Tahap empat, peletakan pipa. Pasanglah pipa di tepi jalan utama agar mudah dipantau dan cepat diketahui jika ada yang pecah. Catat dan tandai jalan, sungai, jembatan, selokan, sawah, kanal, dll pada peta desa. Buatlah lajur pipa yang terpendek agar lebih murah dan pilihlah jenis pipanya. Pilih pipa yang relatif murah tetapi kuat, yaitu yang mampu menahan tekanan kerja air minimal 10 bar atau 10 atmosfer alias 100 meter kolom air. Bahannya bisa PVC, baja, besi tuang, dll. Di desa umumnya digunakan pipa PVC kecuali kasus tertentu yang terkait dengan kondisi lapangan yang berbatu, tanahnya labil, melewati sungai lebar, kanal, dll.
Tahap lima, operasi rawat. Tahap akhir ini jauh lebih berat keimbang pengerahan dana dan daya masyarakat. banyak PAM di pedesaan yangn akhirnya menjadi pipa tanpa air dan tak terawat lantaran masyarakat tidak bisa merasa ikut memilikinya. Tak ada sense of belogging. Oleh sebab itu, PAM dipedesaan sebetulnya bisa langgeng beroperasi kalau dirawat oleh warga desa dan semuanya bertanggung jawab. Apalagi kalau berasal dari kerja keras dan keringat semua warga desa. Disinilah pentingnya mengajak semua warga desa sejak awal ide, perencanaan, pembelian pipa, konstruksi dan operasi rawatnya.
Demkianlah dan selamat mencoba menyalurkan air dari kaki gunung atau dari mana saja kedesa masing-masing. Jadilah partisipan dalam mebangun sektor keairan. Khususnya air minum demi kesehatan kita.
by : edi_tretep@yahoo.co.id